A. Momentum dan Impuls
1. Momentum
Sebuah truk bermuatan penuh akan lebih sulit untuk berhenti daripada
sebuah mobil kecil, walaupun kecepatan kedua kendaraan itu sama. Kenapa
demikian? Dalam pengertian fisisnya dikatakan bahwa momentum truk lebih
besar daripada mobil. Secara Fisika, pengertian momentum adalah hasil
kali antara massa benda (m) dan kecepatannya (v), yang dituliskan
sebagai berikut.
p = m x v (1-1)
dengan:
m = massa benda (kg),
v = kecepatan benda (m/s), dan
p = momentum benda (kgm/s).
Gambar 1. Mobil bermassa m, bergerak dengan kecepatan v. Momentumnya p = m x v. |
Dari Persamaan (1–1) tersebut, dapat dilihat bahwa momentum merupakan besaran vektor karena memiliki besar dan arah.
Contoh Soal 1 :
Sebuah mobil bermassa 1.500 kg bergerak dengan kecepatan 36 km/jam. Berapakah momentum mobil tersebut?
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 1.500 kg dan v = 36 km/jam.
m = 1.500 kg
v = 36 km/jam = 10 m/s
Momentum mobil: p = mv = (1.500 kg)(10 m/s) = 15.000 kgm/s.
Contoh Soal 2 :
Perhatikan data berikut ini.
a. Mobil bermassa 2.000 kg yang berisi seorang penumpang bergerak dengan kecepatan 72 km/jam.
b. Seseorang mengendarai motor bermassa 100 kg dengan kecepatan 108 km/jam.
c. Seseorang naik motor bermassa 100 kg dan membonceng seorang lainnya, bergerak dengan kecepatan 54 km/jam.
Jika massa orang 50 kg, data manakah yang memiliki momentum terbesar?
Kunci Jawaban :
Diketahui : mmobil
= 2.000 kg, mmotor = 100 kg, vmotor ke–2 =
54 km/jam = 15 m/s,
vmotor ke–1 = 108 km/jam =
30 m/s, dan vmobil =72 km/jam = 20 m/s
a. Momentum mobil dengan seorang
penumpang:
pmobil = (morang
+ mmobil)(vmobil)
pmobil = (50 kg +
2.000 kg)(20 m/s) = 41.000 kgm/s
b. Momentum motor dengan seorang
pengendara:
pmotor = (morang
+ mmotor)(vmotor ke–1)
pmotor = (50 kg + 100
kg)(30 m/s) = 4.500 kgm/s
Jadi, momentum yang terbesar adalah momentum yang dimiliki oleh motor dengan seorang pengendara, yaitu 4.500 kgm/s.
Contoh Soal 3 :
Benda A dan benda B masing-masing bermassa 2 kg dan 3 kg, bergerak
saling tegak lurus dengan kecepatan masing-masing sebesar 8 m/s dan 4
m/s. Berapakah momentum total kedua benda tersebut?
Kunci Jawaban :
Diketahui: mA = mA = 2 kg, mB = 3 kg, vA =
8 m/s, dan vB = 4 m/s.
pA = mAvA
= (2 kg)(8 m/s) = 16 kgm/s
pB = mBvB
= (3 kg)(4 m/s) = 12 kgm/s
Momentum adalah besaran vektor sehingga untuk menghitung besar momentum total kedua benda, digunakan penjumlahan vektor:
ptotal = (pA2 + pB2)1/2 =
[(16 kgm/s)2 + (12 kgm/s)2]1/2 = 20 kgm/s.
2. Impuls
Cobalah Anda tendang sebuah bola yang sedang diam. Walaupun kontak
antara kaki Anda dan bola hanya sesaat, namun bola dapat bergerak dengan
kecepatan tertentu. Dalam pengertian momentum, dikatakan bahwa pada
bola terjadi perubahan momentum akibat adanya gaya yang diberikan dalam
selang waktu tertentu. Gaya seperti ini, yang hanya bekerja dalam selang
waktu yang sangat singkat, disebut gaya impulsif.
Oleh karena itu, perkalian antara gaya dan selang waktu gaya itu bekerja
pada benda disebut impuls. Secara matematis, dituliskan sebagai
Gambar 2. Gaya yang diberikan pada bola tenis hanya bekerja dalam selang waktu singkat. Gaya ini menyebabkan bola tenis bergerak dengan kecepatan dan lintasan tertentu. [2] |
I = F Δt (5–2) (1–2)
Besarnya impuls dapat dihitung dengan menggunakan grafik hubungan gaya F
terhadap waktu t (grafik F – t). Perhatikan Gambar 3. berikut.
Gambar 3. Luas daerah di bawah grafik F – t menunjukkan impuls yang dialami benda. |
Gaya impulsif yang bekerja pada benda berada pada nilai nol saat t1 Kemudian, gaya tersebut bergerak ke nilai maksimum dan akhirnya turun kembali dengan cepat ke nilai nol pada saat t2
Oleh karena luas daerah di bawah kurva gaya impulsif sama dengan luas
persegipanjang gaya rata-rata ( F )yang bekerja pada benda, grafik
hubungan antara F dan t dapat digambarkan sebagai besar impuls yang
terjadi pada benda.
Jika gaya yang diberikan pada benda merupakan suatu fungsi linear,
impuls yang dialami oleh benda sama dengan luas daerah di bawah kurva
fungsi gaya terhadap waktu, seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Impuls = luas daerah yang diarsir. |
Dengan memerhatikan Persamaan (1–2), Anda dapat menyimpulkan bahwa gaya
dan selang waktu berbanding terbalik. Perhatikan Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Kombinasi antara Gaya dan Waktu yang Dibutuhkan untuk Menghasilkan Impuls Sebesar 100 Ns
Gaya (N)
|
Waktu (s)
|
Impuls (Ns)
|
100
|
1
|
100
|
50
|
2
|
100
|
25
|
4
|
100
|
10
|
10
|
100
|
4
|
25
|
100
|
2
|
50
|
100
|
1
|
100
|
100
|
0,1
|
1.000
|
100
|
Besarnya impuls yang dibentuk adalah sebesar 100 Ns, namun besar gaya
dan selang waktu gaya tersebut bekerja pada benda bervariasi. dari Tabel
1. tersebut, dapat dilihat bahwa jika waktu terjadinya tumbukan semakin
besar (lama), gaya yang bekerja pada benda akan semakin kecil. oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa waktu kontak antara gaya dan benda
sangat memengaruhi besar gaya yang bekerja pada benda saat terjadi
tumbukan.
Catatan Fisika :
Pesawat luar angkasa yang akan bergerak menuju orbit harus mendapatkan momentum yang sangat besar agar kecepatannya bisa mengatasi percepatan gravitasi Bumi. Oleh karena itu, mesin pesawat harus mampu mengeluarkan gaya dorong yang sangat besar (sekitar 30 × 106 N). (Sumber: Jendela Iptek, 1997)
Catatan Fisika :
Pesawat Luar Angkasa
Peluncuran Pesawat Luar Angkasa AS, Columbia. [3] |
Pesawat luar angkasa yang akan bergerak menuju orbit harus mendapatkan momentum yang sangat besar agar kecepatannya bisa mengatasi percepatan gravitasi Bumi. Oleh karena itu, mesin pesawat harus mampu mengeluarkan gaya dorong yang sangat besar (sekitar 30 × 106 N). (Sumber: Jendela Iptek, 1997)
3. Hubungan antara Impuls dan Perubahan Momentum
Pada pelajaran sebelumnya, telah Anda ketahui bahwa jika pada sebuah
benda bermassa m, bekerja sebuah gaya F yang besarnya tetap selama t
sekon, pada benda itu berlaku persamaan
vt = v0
+ aΔt
dengan a = F/m (Hukum II Newton) sehingga vt = v0 + (F/m) Δt
vt = v0 + (F/m) Δt
sehingga :
FΔt = m(vt – v0) (1–3)
dengan:
mv0 = momentum awal, dan
mvt = momentum akhir.
Oleh karena FΔt = impuls dari gaya F, Persamaan (1–3) dapat diartikan
bahwa impuls suatu benda sama dengan perubahan momentum yang dialami
benda tersebut. Secara matematis dituliskan sebagai :
I = Δp (1–4)
Contoh Soal 4 :
Sebuah benda yang massanya 0,5 kg berada dalam keadaan diam. Kemudian,
benda tersebut dipukul dengan gaya sebesar F sehingga benda bergerak
dengan kecepatan 10 m/s. Jika pemukul menyentuh benda selama 0,01 sekon,
tentukanlah:
a. perubahan momentum benda, dan
b. besarnya gaya F yang bekerja pada benda.
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 0,5 kg, v = 10 m/s, dan Δt = 0,01 s.
a. Perubahan momentum ( Δp):
Δp = mv – mv0 = (0,5 kg)(10 m/s) – (0,5 kg)(0 m/s) = 5 Ns
b. Besarnya gaya F:
F Δt = mv – mv0
F(0,01 s) = 5 Ns → F = (5 Ns / 0,01 s) = 500
newton.
Contoh Soal 5 :
Sebuah benda bermassa 2 kg berada dalam keadaan diam di permukaan meja
yang licin. Kemudian, benda itu digerakkan secara mendatar oleh sebuah
gaya mendatar F. Gaya tersebut berubah terhadap waktu menurut F = 30 –
6t, dengan t dalam s dan F dalam N. Tentukanlah:
a. grafik hubungan gaya (F) terhadap waktu (t),
b. impuls yang bekerja pada benda tersebut, dan
c. kecepatan benda setelah 5 sekon.
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 2 kg dan F = 30 – 6t.
b. Impuls = luas daerah di bawah kurva
Impuls = luas segitiga
Impuls = 1/2 (5 s)(30 N) = 75 Ns
c. Kecepatan benda setelah 5 sekon ditentukan dengan persamaan berikut.
Impuls = perubahan momentum
F Δt = mv – mv0
75 Ns = (2 kg)(v) – (2 kg)(0 m/s)
v = 37,5 m/s
Catatan Fisika :
Ayunan balistik digunakan untuk mengukur kecepatan peluru dengan cara
menembakkan peluru bermassa m ke balok kayu yang tergantung bebas
bermassa m. Apabila simpangan ayunan diukur, akan didapatkan momentum
tumbukan antara peluru dan balok kayu sehingga kecepatan peluru dapat
diukur.
B. Hukum Kekekalan Momentum
1. Hukum Kekekalan Momentum
Dua benda dapat saling bertumbukan, jika kedua benda bermassa m1 dan m2 tersebut bergerak berlawanan arah dengan kecepatan masing-masing v1 dan v2
Apabila sistem yang mengalami tumbukan itu tidak mendapatkan gaya luar,
menurut Persamaan (1–4) diketahui bahwa apabila F = 0 maka Δp = 0 atau p
= konstan. Dengan demikian, didapatkan bahwa jumlah momentum benda
sebelum tumbukan akan sama dengan jumlah momentum benda setelah
tumbukan. Hal ini disebut sebagai Hukum Kekekalan Momentum.
Perhatikanlah Gambar 5.
Gambar 5. Urutan gerak dua benda bermassa m1 dan m2 mulai dari sebelum tumbukan hingga sesudah tumbukan. |
Sebelum tumbukan, kecepatan masing-masing adalah benda v1 dan v2. Sesudah tumbukan, kecepatannya menjadi v1' dan v2'. Apabila F12 adalah gaya dari m1 yang dipakai untuk menumbuk m2, dan F21 adalah gaya dari m2 yang dipakai untuk menumbuk m1 maka menurut Hukum III Newton diperoleh hubungan sebagai berikut:
F(aksi) = –F(reaksi)
atau F12 = –F21. Jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan selang waktu Δt maka selama tumbukan akan didapatkan:
F12Δt = –F21Δt
Impuls ke-1 = –Impuls ke-2
(m1v1 – m1v1')=
– (m2v2 – m2v2')
m1v1 – m1v1'
= – m2v2 + m2v2' .... (a)
Apabila Persamaan (a) dikelompokkan berdasarkan kecepatannya, persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
m1v1 – m1v1' = – m2v2 + m2v2' (1–5)
Contoh Soal 6 :
Dua benda masing-masing bermassa m, bergerak berlawanan arah dengan
kecepatan masing-masing 20 m/s dan 15 m/s. Setelah tumbukan, kedua benda
tersebut bersatu. Tentukanlah kecepatan kedua benda dan arah geraknya
setelah tumbukan.
Kunci Jawaban :
v2 bertanda
negatif karena geraknya berlawanan arah dengan arah gerak benda
pertama. Oleh karena setelah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak
bersamaan maka kecepatan kedua benda setelah tumbukan adalah v1' = v2' = v'
sehingga :
m1v1 + m2v2 =
(m1 + m2)v'
m(20 m/s) + m(–15 m/s) = (m + m)v'
Jadi, kecepatan kedua benda 2,5 m/s, searah dengan arah gerak benda pertama (positif).
Contoh Soal 7 :
Seorang penumpang naik perahu yang bergerak dengan kecepatan 4 m/s.
Massa perahu dan orang itu masing-masing 200 kg dan 50 kg. Pada suatu
saat, orang tersebut meloncat dari perahu dengan kecepatan 8 m/s searah
gerak perahu. Tentukanlah kecepatan perahu sesaat setelah orang tersebut
meloncat.
Kunci Jawaban :
Diketahui: mp = 200 kg, m0 = 50 kg, dan v0
= 8 m/s.
(mp + m0)v =
mpvp' + m0v0'
(200 kg + 50 kg) (4 m/s) = (200
kg)vp' + (50 kg)(8 m/s)
1.000 kgm/s = (200 kg) vp'
+ 400 kgm/s
600 kgm/s = (200 kg) vp'
vp' = 3 m/s
Contoh Soal 8 :
Seseorang yang massanya 45 kg membawa senapan bermassa 5 kg. Dalam
senapan tersebut, terdapat sebutir peluru seberat 0,05 kg. Diketahui
orang tersebut berdiri pada lantai yang licin. Pada saat peluru
ditembakkan dengan kecepatan 100 m/s, orang tersebut terdorong ke
belakang. Tentukanlah kecepatan orang tersebut pada saat peluru
dilepaskan.
Kunci Jawaban :
Diketahui bahwa Hukum Kekekalan Momentum menyatakan energi mekanik sebelum dan setelah tumbukan adalah sama, dengan m0 = massa orang = 45 kg, ms =
massa senapan = 5 kg, dan mp = massa peluru = 0,05 kg, dan vp
= 100 m/s.
(m0 + ms + mp)v
= (m0 + ms)v0 + mpvp
0 = (45 kg + 5 kg)v0 +
(0,05 kg)(100 m/s)
(–50 kg)v0 = 5 kgm/s
v0 = (5 kgm / − 50 m/s) = –0,1 m/sJadi, kecepatan orang tersebut pada saat peluru dilepaskan adalah 0,1 m/s
jenis jenis tumbukan
Tumbukan yang paling sederhana adalah tumbukan sentral. Tumbukan sentral adalah tumbukan
yang terjadi bila titik pusat benda yang satu menuju ke titik pusat
benda yang lain. Banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dijelaskan dengan konsep momentum dan impuls. Di antaranya peristiwa tumbukan antara dua kendaraan. Salah satu penggunaan konsep momentum yang penting adalah pada persoalan yang menyangkut tumbukan. Misalnya tumbukan
antara partikel-partikel gas dengan dinding tempat gas berada. Hal ini
dapat digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat gas dengan menggunakan
analisis mekanika.
Berdasarkan sifat kelentingan atau elastisitas benda yang bertumbukan, tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
Tumbukan Lenting Sempurna
Tumbukan lenting sempurna (elastik)
terjadi di antara atom-atom, inti atom, dan partikel-partikel lain yang
seukuran dengan atom atau lebih kecil lagi. Dua buah benda dikatakan
mengalami tumbukan lenting sempurna jika pada tumbukan itu tidak terjadi kehilangan energi kinetik. Jadi, energi kinetik total kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap. Oleh karena itu, pada tumbukan lenting sempurna
berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik.
Tumbukan lenting sempurna hanya terjadi pada benda yang bergerak saja.
Dua buah benda memiliki massa masing-masing m1 dan m2 bergerak saling mendekati dengan kecepatan sebesar v1 dan v2 sepanjang lintasan yang lurus. Setelah keduanya bertumbukan masing-masing bergerak dengan kecepatan sebesar v’1 dan v’2 dengan arah saling berlawanan. Berdasarkan hukum kekekalan momentum dapat ditulis sebagai berikut.
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2
m1v1 – m1v’1 = m2v’2 – m2v2
m1(v1 – v’1) = m (v’2 – v2)
Sedangkan berdasarkan hukum kekekalan energi kinetik, diperoleh persamaan sebagai berikut.
Ek1 + Ek2 = E’k1 + E’k2
½ m1v12 + ½ m2v22 = ½ m1(v1)2 + ½ m2(v2)2
m1((v’1)2 – (v1)2) = m2((v’2)2 – (v2)2)
m1(v1 + v’1)(v1 – v’1) = m (v’2 + v2)(v’2 – v2)
Jika persamaan di atas saling disubtitusikan, maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
m1(v1 + v’1)(v1 – v’1) = m1(v’2 + v2)(v1 – v’1)
v1 + v’1 = v’2 + v2
v1 – v2 = v’2 – v’1
-(v2 – v1) = v’2 – v’1
Persamaan di atas menunjukan bahwa pada tumbukan lenting sempurna kecepatan relatif benda sebelum dan sesudah tumbukan besarnya tetap tetapi arahnya berlawanan.
Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
etik sehingga hukum kekekalan energi
mekanik tidak berlaku. Pada tumbukan jenis ini, kecepatan benda-benda
sesudah tumbukan sama besar (benda yang bertumbukan saling melekat).
Misalnya, tumbukan antara peluru dengan sebuah target di mana setelah
tumbukan peluru mengeram dalam target. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut.
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2
Jika v’1 = v’2 = v’, maka m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’
Contoh tumbukan tidak lenting
sama sekali adalah ayunan balistik. Ayunan balistik merupakan
seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur benda yang bergerak
dengan keceptan cukup besar, misalnya kecepatan peluru. Prinsip kerja
ayunan balistik berdasarkan hal-hal berikut.
a. Penerapan sifat tumbukan tidak lenting.
m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’
m1v1 + 0 = (m1 + m2) v’
b. Hukum kekekalan energi mekanik
½ (m1 + m2)(v’)2 = (m1 + m2)gh
Jika persamaan pertama disubtitusikan ke dalam persamaan kedua, maka diketahui kecepatan peluru sebelum bersarang dalam balok.
Tumbukan Lenting Sebagian
Kebanyakan benda-benda yang ada di alam mengalami tumbukan lenting sebagian,
di mana energi kinetik berkurang selama tumbukan. Oleh karena itu,
hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Besarnya kecepatan relatif
juga berkurang dengan suatu faktor tertentu yang disebut koefisien
restitusi. Bila koefisien restitusi dinyatakan dengan huruf e, maka
derajat berkurangnya kecepatan relatif benda setelah tumbukan dirumuskan
sebagai berikut.
Nilai restitusi berkisar antara 0 dan 1 (0 ≤ e ≤ 1 ). Untuk tumbukan lenting sempurna, nilai e = 1. Untuk tumbukan tidak lenting
nilai e = 0. Sedangkan untuk tumbukan lenting sebagian mempunyai nilai e
antara 0 dan 1 (0 < e < 1). Misalnya, sebuah bola tenis dilepas
dari ketinggian h1 di atas lantai. Setelah menumbuk lantai bola akan terpental setinggi h2, nilai h2 selalu lebih kecil dari h1.
Coba kita perhatikan gamabr diatas. Kecepatan bola sesaat sebelum tumbukan adalah v1 dan sesaat setelah tumbukan v1 . Berdasarkan persamaan gerak jatuh bebas, besar kecepatan bola memenuhi persamaan :
Untuk kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan sama dengan nol (v2 = v’2 = 0). Jika arah ke benda diberi harga negatif, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut.
Persamaan diatas digunakan untuk tumbukan lenting sebagian.
0 komentar:
Posting Komentar